THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES ?

Selasa, 27 Oktober 2009

ginjal


Dua ginjal yang Anda miliki merupakan organ yang memiliki fungsi sangat vital, seperti menyaring darah dan menjaga keseimbangan kimiawi dalam tubuh. Kerja organ yang berbentuk seperti kacang merah dan berukuran kira-kira sebesar kepalan tangan ini dapat terganggu oleh berbagai hal, mulai dari infeksi saluran kemih hingga penyakit ginjal kronik.

Jika ginjal sudah tidak bisa bekerja atau berfungsi seperti semula, terapi seperti hemodialisis dan transplantasi ginjal dapat menjadi harapan baru bagi Anda yang mengalami gangguan fungsi ginjal kronik.

Fungsi dan struktur ginjal
Seputar fungsi ginjal
Ginjal adalah organ yang memiliki kemampuan yang luar biasa, diantaranya sebagai penyaring zat-zat yang telah tidak terpakai (zat buangan atau sampah) yang merupakan sisa metabolisme tubuh. Setiap harinya ginjal akan memproses sekitar 200 liter darah untuk menyaring atau menghasilkan sekitar 2 liter ‘sampah’ dan ekstra (kelebihan) air. Sampah dan esktra air ini akan menjadi urin, yang mengalir ke kandung kemih melalui saluran yang dikenal sebagai ureter. Urin akan disimpan di dalam kandung kemih ini sebelum dikeluarkan pada saat Anda berkemih.

Zat-zat yang sudah tidak terpakai lagi atau sampah tersebut diperoleh dari proses normal pemecahan otot dan dari makanan yang dikonsumsi. Tubuh akan memakai makanan tersebut sebagai energi dan untuk perbaikan jaringan. Setelah tubuh mengambil secukupnya dari makanan, sisanya akan dikirim ke dalam darah untuk kemudian disaring di ginjal. Jika fungsi ginjal terganggu maka kemampuan menyaring zat sisa ini dapat terganggu pula dan terjadi penumpukan dalam darah sehingga dapat menimbulkan berbagai manifestasi gangguan terhadap tubuh.

Protein sangat dibutuhkan untuk membangun semua bagian tubuh, seperti otot, tulang, rambut dan kuku. Protein-protein yang ada dalam darah dapat keluar ke urin (bocor) bila unit penyaring ginjal – glomerulus – sudah mengalami kerusakan. Protein yang terkandung di dalam urin, disebut dengan albumin.

Mengenal struktur ginjal

Ginjal memiliki struktur yang cukup unik, yaitu pembuluh darah dan unit penyaring.

Proses penyaringan terjadi pada bagian kecil dalam ginjal, yang disebut dengan nefron. Setiap ginjal memiliki sekitar satu miliar nefron. Pada nefron ini terdapat pembuluh darah kecil-kecil – kapiler – yang saling jalin menjalin dengan saluran-saluran yang kecil, yaitu tubulus.

Tubulus-tubulus ini pertama kali menerima gabungan antara zat-zat buangan dan berbagai kimia hasil metabolisme yang masih bisa digunakan tubuh. Ginjal akan ‘memilih’ zat-zat kimia yang masih berguna bagi tubuh (natrium, fosfor, dan kalium) dan mengembalikannya ke peredaran darah dan mengeluarkan lagi kembali ke dalam tubuh. Dengan cara demikian, ginjal turut mengatur kadar zat-zat kimia tersebut dalam tubuh.

Selain membuang sampah-sampah yang sudah tidak terpakai lagi, ginjal juga berfungsi menjadi ‘pabrik’ penghasil tiga hormon penting, yaitu:

  • Eritropoietin (EPO), yang merangsang sumsum tulang membuat sel-sel darah merah (eritrosit)

  • Renin, membantu mengatur tekanan darah

  • Bentuk aktif vitamin D (kalsitriol), yang membantu penyerapan kalsium dan menjaga keseimbangan kimia dalam tubuh

Kamis, 22 Oktober 2009

sel darah merah


Peradaban manusia telah berusia ribuan tahun, dan selama itu pula pencapaian ilmu pengetahuan dan teknologi manusia berhasil menyingkap rahasia alam semesta dan menghasilkan berbagai teknologi. Namun, apa yang dihasilkan manusia ternyata tidak ada apa-apanya dibandingkan kehebatan dan kesempurnaan teknologi di alam.

Kekuatan teknologi dan peradaban manusia – yang merupakan simbol kekuatan, kecerdasan, kehebatan dan kedigdayaan mereka – dengan mudah terhempaskan oleh kekuatan alam seperti bencana gunung berapi, banjir, angin tornado, gempa bumi. Bahkan manusianya pun mudah dibuat lunglai tak berdaya, bahkan tak bernyawa, akibat serangan organisme yang tampaknya jauh lebih lemah dari dirinya, seperti virus, bakteri, jamur, dan sebagainya.

Demikianlah, ini berarti keberadaan serta keberlangsungan alam ini beserta seluruh isinya, termasuk tumbuhan, hewan dan manusia itu sendiri, tercipta dengan kecerdasan, kekuatan dan kekuasaan yang jauh lebih hebat dari manusia maupun makhluk lainnya. Inilah kekuasaan dan kekuatan Pencipta dalam mencipta dan berkehendak atas segala sesuatu, yang tak dapat dihadang oleh siapa pun, termasuk manusia itu sendiri. Seluruh seluk-beluk isi alam ini, termasuk tubuh manusia sendiri, telah dirancang dengan sengaja dan secara sempurna. Satu bagian kecil saja dari keseluruhan sistem yang mengatur tubuh manusia ini tidak berfungsi, maka ini akan membahayakan hidupnya. Di antara ratusan, atau bahkan ribuan, sistem yang ada pada tubuh manusia adalah sistem pembekuan darah.

Darah manusia sekilas tampak sederhana, cairan biasa berwarna merah. Seolah tak ada yang istimewa dari darah, dan seseorang mungkin berpikir bawah darah terbuat dari cairan biasa yang diberi pewarna merah. Namun fakta bahwa manusia akan sakit, bahkan mati, ketika kekurangan darah atau menderita kelainan darah menunjukkan bahwa darah bukanlah cairan biasa. Keseluruhan darah manusia yang berwarna merah terdiri atas bagian cair dan bagian padat yang terlarut atau tercampur dengan bagian cair tersebut. Bagian yang padat ini terdiri atas sel-sel darah merah, sel-sel darah putih, dan platelet. Hemoglobin yang terdapat pada sel-sel darah merah yang melimpah inilah yang memberikan warna merah pada darah. Bagian yang cair merupakan larutan yang terdiri atas air, asam amino, protein, karbohidrat, lemak, vitamin, hormon, elektrolit, dan sisa-sisa metabolisme sel. Seluruh campuran yang ada pada darah ini harus ada dalam keadaan seimbang, dalam jumlah yang sesuai keperluan tubuh, dan seluruh bagiannya harus berfungsi secara sempurna, termasuk sistem pembekuan darah. Ini semua telah diciptakan secara sempurna oleh Allah agar manusia dapat hidup dengan baik.

Setiap orang mengetahui bahwa pendarahan pada akhirnya akan berhenti ketika terjadi luka atau terdapat luka lama yang mengeluarkan darah kembali. Saat pendarahan berlangsung, gumpalan darah beku akan segera terbentuk dan mengeras, dan luka pun pulih seketika. Sebuah kejadian yang mungkin tampak sederhana dan biasa saja di mata Anda, tapi tidak bagi para ahli biokimia. Penelitian mereka menunjukkan, peristiwa ini terjadi akibat bekerjanya sebuah sistem yang sangat rumit. Hilangnya satu bagian saja yang membentuk sistem ini, atau kerusakan sekecil apa pun padanya, akan menjadikan keseluruhan proses tidak berfungsi.

Darah harus membeku pada waktu dan tempat yang tepat, dan ketika keadaannya telah pulih seperti sediakala, darah beku tersebut harus lenyap. Sistem ini bekerja tanpa kesalahan sedikit pun hingga bagian-bagiannya yang terkecil.

Jika terjadi pendarahan, pembekuan darah harus segera terjadi demi mencegah kematian. Di samping itu, darah beku tersebut harus menutupi keseluruhan luka, dan yang lebih penting lagi, harus terbentuk tepat hanya pada lapisan paling atas yang menutupi luka. Jika pembekuan darah tidak terjadi pada saat dan tempat yang tepat, maka keseluruhan darah pada makhluk tersebut akan membeku dan berakibat pada kematian.

Keping darah atau trombosit, yang merupakan unsur berukuran paling kecil penyusun sumsum tulang, sangat berperan dalam proses pembekuan darah. Protein bernama faktor Von Willebrand terus-menerus mengalir dan berlalu-lalang ke seluruh penjuru aliran darah. Protein ini berpatroli, dengan kata lain bertugas memastikan bahwa tidak ada luka yang terlewatkan oleh trombosit. Trombosit yang terjerat di tempat terjadinya luka mengeluarkan suatu zat yang dapat mengumpulkan trombosit-trombosit lain di tempat tersebut. Sel-sel trombosit ini kemudian memperkuat luka yang terbuka tersebut. Trombosit lalu mati setelah melakukan tugas menemukan tempat luka. Pengorbanannya hanyalah satu bagian dari keseluruhan sistem pembekuan dalam darah.

Trombin adalah protein lain yang membantu pembekuan darah. Zat ini dihasilkan hanya di tempat yang terluka, dan dalam jumlah yang tidak boleh lebih atau kurang dari keperluan. Selain itu, produksi trombin harus dimulai dan berakhir tepat pada saat yang diperlukan. Dalam tubuh terdapat lebih dari dua puluh zat kimia yang disebut enzim yang berperan dalam pembentukan trombin. Enzim ini dapat merangsang ataupun bekerja sebaliknya, yakni menghambat pembentukan trombin. Proses ini terjadi melalui pengawasan yang cukup ketat sehingga trombin hanya terbentuk saat benar-benar terjadi luka pada jaringan tubuh. Segera setelah enzim-enzim pembantu proses pembekuan darah tersebut mencapai jumlah yang cukup, kumpulan protein yang disebut fibrinogen terbentuk. Dalam waktu singkat, terbentuklah benang-benang yang saling bertautan, saling beranyaman dan membentuk jaring pada tempat keluarnya darah. Sementara itu, trombosit atau keping-keping darah yang sedang berpatroli tanpa henti, terperangkap dalam jaring dan mengumpul di tempat yang sama. Apa yang disebut dengan gumpalan darah beku adalah penyumbat luka yang terbentuk akibat berkumpulnya keping darah yang terperangkap ini. Ketika luka telah sembuh sama sekali, gumpalan tersebut akan hilang.

Sistem yang memungkinkan pembentukan darah beku, yang mampu menentukan sejauh mana proses pembekuan harus terjadi, dan yang dapat memperkuat serta melarutkan gumpalan darah beku yang telah terbentuk, sudah pasti memiliki kerumitan luar biasa yang tak mungkin dapat disederhanakan. Sistem tersebut bekerja tanpa kesalahan sekecil apa pun bahkan hingga pada bagian-bagiannya yang terkecil sekalipun.

Apa yang terjadi ketika terjadi sedikit gangguan pada sistem pembekuan darah yang bekerja secara sempurna ini? Misalnya, jika terjadi pembekuan dalam darah meskipun tidak terjadi luka, atau seandainya gumpalan darah beku tersebut mudah terlepas dari luka, apa yang akan terjadi? Hanya ada satu jawaban atas pertanyaan ini: dalam keadaan demikian, aliran darah ke organ-organ tubuh yang paling penting dan peka terhadap kerusakan, seperti jantung, otak dan paru-paru, akan tersumbat oleh gumpalan darah beku, dan kematian pun tak terelakkan.

Ini adalah kenyataan yang menunjukkan kepada kita sekali lagi bahwa tubuh manusia didesain dengan sempurna tanpa cacat. Sungguh mustahil menjelaskan sistem pembekuan darah dengan menganggapnya sebagai peristiwa kebetulan atau “perkembangan bertahap” sebagaimana pernyataan teori evolusi. Sistem yang dirancang dan diperhitungkan dengan hati-hati seperti ini adalah bukti kesempurnaan dalam penciptaan yang tak perlu diperdebatkan lagi. Allah, yang telah menciptakan dan menempatkan kita di bumi, telah menciptakan tubuh kita beserta sistem pembekuan darah yang melindungi kita dari banyak peristiwa luka yang kita alami sepanjang hidup.Selain mengatasi luka yang dapat terlihat, pembekuan darah juga sangat diperlukan untuk memulihkan kerusakan pada pembuluh darah kapiler dalam tubuh kita yang terjadi setiap saat. Meski tidak terlihat, terdapat pendarahan kecil di dalam tubuh secara terus-menerus. Ketika membenturkan lengan pada pintu atau duduk hingga kepayahan, ratusan pembuluh darah kapiler pecah. Pendarahan yang kemudian terjadi segera diatasi oleh sistem pembekuan darah, dan pembuluh kapiler dibentuk kembali seperti sedia kala. Jika benturan lebih keras terjadi, maka akan terjadi pendarahan yang lebih parah dalam tubuh dan menimbulkan luka memar yang umumnya disebut “turning purple” atau “berubah menjadi ungu”. Seseorang yang sistem pembekuan darahnya tidak berfungsi dengan baik, misalnya pada penderita hemofilia, harus menghindari benturan sekecil apa pun. Penderita dengan hemofilia sangat parah tidak mampu hidup lama. Sebab, pendarahan kecil saja, misalnya akibat terpeleset dan jatuh, sudah cukup untuk mengakhiri hidupnya.

isaac newton


Sir Isaac Newton, English physicist, mathematician, astronomer, natural philosopher, and alchemist, was the father of modern science. In his treatise Philosophiae Naturalis Principia Mathematica, published in 1687, he described universal gravitation and the three laws of motion, laying the groundwork for classical mechanics, which dominated the scientific view of the physical universe for the next three centuries and is the basis for modern engineering. Demonstrating the consistency between Kepler's laws of planetary motion and his theory of gravitation, Newton showed that the motions of objects on earth and of celestial bodies are governed by the same set of natural laws. With this, he removed the last doubts about heliocentrism and advanced the scientific revolution.

His conception of the universe based upon natural and rationally understandable laws became the seed of Enlightenment. These principles were available for all people to discover. It allowed people to pursue their own aims fruitfully in this life, not the next, to perfect themselves with their own rational powers.

Rabu, 23 September 2009

Sindrom Ovarium Polikistik (SOPK)


Pendahuluan:
Pembahasan SOPK berikut ini meliputi 9 hal, yaitu:
1. Anatomi ovarium
2. Histologi ovarium
3. Sinonim SOPK
4. Definisi SOPK
5. Penyebab SOPK
6. Diagnosis SOPK
7. Terapi SOPK
8. Komplikasi SOPK Jangka Panjang
9. Catatan


Anatomi ovarium


Secara makroskopis, ovarium menyerupai buah pir, dengan ukuran yang bervariasi, tergantung usia.

Pada usia reproduksi, ukuran ovarium:
panjang: 2,5–5 cm
lebar: 1,5–3 cm
tebal: 0,6–1,5 cm

Normalnya, ovarium terletak di bagian atas rongga pelvis, bersandar sedikit inferior dari dinding lateral pelvis pada daerah percabangan pembuluh darah iliaka eksternal dan internal, yakni fossa ovarika Waldeyer. Posisi ini sangatlah bervariasi dan biasanya berbeda antara ovarium kiri dengan kanan.

Masing-masing ovarium mengandung sejumlah folikel primordial yang berkembang pada saat awal kehidupan fetus dan menunggu saat pematangan menjadi ovum. Selain memproduksi ovum, ovarium juga menghasilkan hormon seksual.

Perlekatan:
Ovarium terletak di sebelah dinding samping pelvis dan ditahan pada posisi ini oleh dua struktur: ligamentum latum yang melekat ke ovarium di sebelah posterior oleh mesovarium, dan ligamentum ovarika yang menahan ovarium ke kornu uterus.

Ovarium dilekatkan pada ligamentum latum oleh mesovarium. Ligamentum ovarii proprium berjalan dari uterus lateral posterior hingga ke bagian bawah ovarium. Panjangnya beberapa cm dengan diameter 3-4 mm. Ligamentum ini diselimuti oleh peritoneum dan terdiri dari jaringan ikat dan otot yang berasal dari bagian uterus.

Ligamentum infundibulopelvikum berjalan dari bagian ovarium yang menghadap tuba hingga ke dinding pelvis, tempat pembuluh darah dan persarafan ovarium berjalan di dalamnya.

Pasokan darah:
Dari a.ovarika (cabang aorta abdominalis). Drainase vena menuju v.kava inferior di sebelah kanan dan v.renalis sinistra di sebelah kiri.

Drainase limfatik:
Menuju kelenjar getah bening para-aorta.

Histologi Ovarium

Struktur ovarium secara umum dibagi dua: korteks dan medula.

Tiap ovarium dikelilingi oleh kapsula fibrosa, yang disebut tunika albuginea. Tunika albuginea ini merupakan permukaan terluar korteks. Di atas tunika albuginea terdapat epitel kuboid selapis, epitel germinativum Waldeyer.

Medula merupakan bagian tengah yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang merupakan kelanjutan dari mesovarium. Pada medula banyak terdapat pembuluh darah dan sedikit jaringan otot halus yang merupakan kelanjutan dari ligamentum infundibulopelvikum.

Sinonim SOPK:

Sindrom ovarium polikistik, polycystic ovarian syndrome.

Definisi SOPK:

Kumpulan gejala yang ditandai dengan adanya anovulasi (tidak keluarnya ovum/sel telur) kronis (yang berkepanjangan/dalam waktu lama) disertai perubahan endokrin (seperti: hiperinsulinemia, hiperandrogenemia).

Penyebab SOPK:

1. Resistensi insulin
2. Hiperandrogenemia
3. Kelainan produksi hormon gonadotropin
4. Disregulasi P450 c 17
Defek gen pembentuk P450 c 17α, yang mengkode aktivitas 17α-hidroksilase dan 17,20-lyase.
5. Genetik
Ada kecenderungan penurunan sifat secara autosomal dominan.

Diagnosis SOPK:

1. Kriteria Klinis
Hirsutisme (tumbuhnya rambut tubuh yang berlebihan), akne, obesitas/kegemukan (sangat tidak spesifik), oligomenore (menstruasi yang jarang), amenore (tidak menstruasi), perdarahan uterus disfungsi, dan infertilitas.

Konsensus Diagnostik menurut konferensi National Institute of Health (NIH) di Amerika Serikat:

a. gambaran ovarium polikistik tidak harus ada.
b. Kriteria mayor: anovulasi kronis dan hiperandrogenemia.
c. Kriteria minor: adanya resistensi insulin, hirsutisme, obesitas, rasio LH/FSH lebih dari 2,5 dan gmbaran ovrium polikistik pada USG.

Diagnosis SOPK ditegakkan jika memenuhi SATU kriteria mayor dan sekurngnya DUA kriteria minor, dengan menyingkirkan penyebab lain hiperandrogenemia.

Konsensus Diagnostik menurut negara di Eropa:
a. Harus didapatkan gambaran ovarium polikistik dengan USG
b. Gangguan menstruasi (oligomenore atau amenore), dan atau
c. Gambaran klinis hiperandrogenemia (hirsutisme, akne)
d. Tidak diperlukan pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan iagnosis SOPK.

Kriteria praktis dari Homburg (2002):

1. Kriteria awal yang harus ada:
a. Gangguan menstruasi
b. Hirsutisme
c. Akne
d. Infertilitas anovulasi

2. Diagnosis ditegakkan cukup dengan memperoleh gambaran ovarium polikistik pada USG.

3. Jika tidak ditemukan gambaran ovarium polikistik pada USG, maka dilakukan pemeriksaan laboratorium. Diagnosis SOPK dapat ditegakkan jika ditemukan satu/lebih abnormalitas: peningkatan testosteron serum, peningkatan LH (luteinizing hormone), peningkatan testosteron bebas (dengan menyingkirkan hiperplasi adrenal), perbandingan glukosa puasa:insulin puasa kurang dari 4,5.

2. Kriteria Ultrasonografis (USG)

Kriteria diagnostik jika memakai USG transabdominal:
1. Penebalan stroma
2. Lebih dari 10 folikel berdiameter 2-8 mm di subkorteks dalam satu bidang.

Kriteria diagnostik jika memakai USG transvaginal:
1. Penebalan stroma 50%
2. Volume ovarium lebih dari 8 cm3
3. Lebih dari 15 folikel dengan diameter 2-10 mm dalam satu bidang

3. Kriteria Laboratorium

Pemeriksaan kadar hormon androgen, insulin, dan LH/FSH (Luteinizing Hormone/Follicle-Stimulating Hormone)

Kadar androgen yang dapat diperiksa adalah: testosteron, androstenedion, testosteron bebas, dehidroepiandrosteron (DHEA) atau dehidroepiandrosteron sulfat (DHEAS), dan dehidrotestosteron (DHT).

Terapi SOPK:

1. Penurunan berat badan, diet, dan olahraga

2. Obat antidiabetik oral
Misalnya: metformin, troglitazone, rosiglitazone, pioglitazone, chlorpropamide, tolazamide, glipizide, D-chiro-inositol.

3. Obat pemicu ovulasi
Misalnya: klomifen, human menopausal gonadotrophin (hMG), purified FSH, recombinant FSH, bromocriptine, dan gonadotrophin releasing hormone (GnRH).

4. Pembedahan (surgery)
a. EBOB (Eksisi Baji Ovarium Bilateral)
b. TEKO (Tusukan ElektroKauter pada Ovarium)

Terapi TEKO dengan laparoskopi lebih baik dibandingkan dengan EBOB karena angka perlekatan pascoperasi yang lebih rendah.

Komplikasi SOPK Jangka Panjang:

1. Diabetes Melitus tipe 2
2. Dislipidemia
3. Kanker endometrium
4. Hipertensi
5. Penyakit kardiovaskular
6. Gestational DM
7. Pregnancy-induced hypertension (PIH)
8. Kanker ovarium
9. Kanker payudara

Catatan:

1. Diperkirakan 8 juta wanita usia subur menderita gangguan ovarium polikistik.

2. Penyebab terbanyak keadaan anovulasi kronis adalah sindrom ovarium polikistik.

3. Ovulasi merupakan proses menghasilkan ovum yang dapat dibuahi, melibatkan susunan saraf pusat supra hipotalamus, hipofisis, dan ovarium sebagai organ target.

4. Ovulasi dipicu oleh peningkatan cepat kadar estrogen.

5. Ovulasi terjadi 10-12 jam setelah terjadinya lonjakan LH dan 24- 36 jam setelah tercapainya kadar puncak estrogen.

6. Resistensi insulin dapat dinilai dengan pemeriksaan:

a. uji toleransi glukosa oral
Keuntungan:
Mudah dikerjakan.
Kerugian:
Dipengaruhi penyerapan glukosa usus.

b. uji toleransi insulin
Keuntungan:
Dapat menunjukkan indeks aktivitas insulin.
Kerugian:
Dapat terjadi hipoglikemia.

c. Infus glukosa berkesinambungan
Keuntungan:
Dapat menunjukkan kerja insulin.
Kerugian:
Bergantung pada validitas tera.

d. Teknik klem euglikemik
Keuntungan:
Dapat mengukur kerja insulin secara kuantitatif.
Kerugian:
Mahal dan sulit.

e. Nisbah gula darah puasa atau insulin puasa
Keuntungan:
Mudah dikerjakan.
Kerugian:
Dipengaruhi oleh kadar gula darah sewaktu.

Inflamasi Kronik Tak Berkaitan dengan Kanker Ovarium


Hasil studi yang dipublikasikan International Journal of Cancer menduga bahwa kebanyakan faktor yang menyebabkan inflamasi di ovarium tidak berkaitan dengan peningkatan risiko kanker ovarium.

Sebelumnya inflamasi kronik diduga berkaitan dengan mekanisme perkembangan kanker ovarium epital, seperti inflamasi rongga panggul (pelvic inflammatory disease) atau penggunaan bedak di sekitar pelvik.
Tumor epitel ovarium, yang merupakan 90% dari semua jenis kanker ovarium, terbentuk di sel-sel epitel, yakni sel yang menutup permukaan luar ovarium. Jenis-jenis tumor umumnya dinamai berdasarkan jenis sel tempat mereka tumbuh pertama kali. Di dalam kategori tumor epitel, kanker ovarium diklasifikasikan sebagai serous, mucinous, endometrioid dan tipe sel jernih, dengan tumor jenis serous sebagai yang tersering ditemukan.

Peneliti dari Queensland Institute of Medical Research, Brisbane, Australia, menguji faktor-faktor yang berpotensi menimbulkan peradangan ovarium. Penelitian dilakukan pada 1.576 perempuan dengan tumor invasif dan tumor non-maligna, serta 1.509 subjek pada populasi umum.

Penggunaan bedak talk (talcum powder) di pelvik dikaitkan dengan peningkatan risiko semua jenis kanker ovarium. Peningkatan risiko terlihat lebih kuat untuk tumor jenis serous dan endometrioid, namun yang secara statistik signifikan hanya jenis tumor serous. Anehnya tidak ada kaitan antara infeksi pelvic, HPV atau mumps dengan risiko kanke rovarium secara keseluruhan. Riwayat herpes genital juga tidak berkaitan dengan peningkatan risiko kanker ovarium.

Pada studi lain, riwayat endometriosis juga meningkatkan risiko hingga dua kali lipat terjadinya tumor endometrioid dan risiko tumor ovarium tipe sel jernih lebih tinggi. Peneliti berkesimpulan, inflamasi kronik tidak memegang peran utama dalam perkembangan kanker ovarium.

sperma cell


A sperm cell is one of the most specialised cells in the animal body. They arise by repeated mitosis followed by meiosis to produce haploid immature sperm cells, each with a different genotype (if the process was meiosis followed by mitosis all the cells would have the same genotype). This is spermatogenesis. The sperm mature in the epidydimis, but they do not become fully mature until they reach the female oviduct. They have three separate regions.

The Head.

This has two important features. The acrosome contains lytic enzymes which are released when the sperm reaches an ovum. These enzymes digest the outer membrane of the egg, allowing penetration of the sperm. The head also contains a single set of chromosomes derived from the male. This will include either an 'X' or 'Y' chromosome, because of the way the XY separate during meiosis.

The Middle Section.

This part, immediately behind the head, contains numerous mitochondria. These respire sugars in the semen to generate ATP in order to provide the energy for movement of the tail.

The Tail.

This contains microfilaments running the length of the tail (arranged in the usual 9 + 2 system seen in Eukaryotic organisms). Rhythmic contraction of the filaments causes the tail to wave and move against the fluid environment, providing forward motion.


Minggu, 06 September 2009

rutheford

Ernest Rutherford was born on August 30, 1871, in Nelson, New Zealand, the fourth child and second son in a family of seven sons and five daughters. His father James Rutherford, a Scottish wheelwright, emigrated to New Zealand with Ernest's grandfather and the whole family in 1842. His mother, Née Martha Thompson, was an English schoolteacher.

Ernest received his early education in Government schools and at the age of 16 went to Nelson Collegiate School. In 1889 he was awarded a University scholarship and he proceeded to the University of New Zealand, Wellington, where he entered Canterbury College. He graduated M.A. in 1893 with a double first in Mathematics and Physical Science and he continued with research work at the College for a short time, receiving a degree the following year. That same year, 1894, he was awarded an 1851 Exhibition Science Scholarship, enabling him to go to Trinity College, Cambridge, as a research student at the Cavendish Laboratory under J.J. Thomson. In 1897 he was awarded the B.A. Research Degree and the Coutts-Trotter Studentship of Trinity College. An opportunity came when the Macdonald Chair of Physics at McGill University, Montreal, became vacant, and in 1898 he left for Canada to take up the post.

john dalton


John Dalton was born in 1766. He was born into a modest family in Cumberland, England. He earned a living for most of his life as a school teacher and a public lecturer. After teaching 10 years at a boarding school in Kendal, he moved on to a teaching position in the city of Manchester. There he joined the Manchester Literary and Philosophical Society, which provided him with a stimulating intellectual environment and laboratory facilities. The first paper he delivered before the society was on color blindness, and died in 1844.

Dalton joined the Manchester Literary and Philosophical Society and immediately published his first book on Meteorological Observations and Essays.

In this way, Dalton was able to start working out a table of atomic weights based on the lightest element, hydrogen, having a value of 1. He used his ideas about the make up of gasses this way, "we may form an idea of this by supposing a vessel filled with small spherical leaden bullets among which a quantity of fine sand is poured. The balls are to the sand as the particles of bodies are with respect to the caloric; with this difference only, that the balls are supposed to touch each other, whereas the particles of bodies are not in contact, being retained at a small distance from each other by the caloric." (Dalton)

Dalton's thoughts on his research allowed him to develop his theory were All matter was made up of hard round particles, which he called 'atoms', and that each type of atom, or element, such as hydrogen, oxygen, nitrogen, etc., differed from the next only by its weight.

The atomic theory had been born....
But his next idea was one of equal genius, how to represent this idea symbolically so that tiny, invisible particles could be 'seen' and their combining properties studied.

The solution was that Dalton thought, was to draw circles, each circle representing one of his tiny atomic spheres. Each element could be notable by the contents of the circle.

j.j thompson




Joseph John Thompson better known as JJ Thompson, was born on December 18, 1856 near Manchester, England. His father died when "JJ Thompson" was only sixteen. JJ attended Owens College in Manchester, where his professor of mathematics encouraged him to apply for a scholarship at Trinity College, one of the most important of the colleges at Cambridge University. JJ won the scholarship, and in 1880 finished second in his class (behind Joseph Larmor) in the grueling graduation test in mathematics. Trinity gave him a fellowship and he stayed on there, trying to craft mathematical models that would reveal the nature of atoms and electromagnetic forces. He also died in 1940.




In 1897 Joseph John Thompson discovered the electron in a series of experiments designed to study the nature of electric discharge in a high-vacuum cathode-ray tube—an area being investigated by numerous scientists at the time. Thomson interpreted the deflection of the rays by electrically charged plates and magnets as evidence of "bodies much smaller than atoms" that he calculated as having a very large value for the charge to mass ratio. Later he estimated the value of the charge itself. In 1904 he suggested a model of the atom as a sphere of positive matter in which electrons are positioned by electrostatic forces. His efforts to estimate the number of electrons in an atom from measurements of the scattering of light, X, beta, and gamma rays initiated the research trajectory along which his student Ernest Rutherford moved. Thomson's last important experimental program focused on determining the nature of positively charged particles. Here his techniques led to the development of the mass spectroscope, an instrument perfected by his assistant, Francis Aston, for which Aston received the Nobel Prize in 1922.

Senin, 17 Agustus 2009

Benjamin Franklin 1706-1790

Prologue
Benjamin Franklin ranks among the most recognizable leaders of the American Revolution. His signature appears on the Declaration of Independence, the Treaty of Paris ending the American Revolution in 1783, and the United States Constitution. It is hard to imagine the American Revolution without Franklin; it is harder still to imagine how it could have succeeded without him. After spending much of the war abroad in France, first to negotiate the crucial French alliance and then the peace terms with Great Britain, Franklin returned to Pennsylvania in 1785. Despite the fact that he was 79 years old, ailing and worn out, he was elected president of the Executive Council of Pennsylvania within weeks of his arrival.
A Dangerous Insurrection
Franklin came home to difficult times. Pennsylvania and the other new republics of the United States were struggling to remain solvent and pay their large war debts, including millions of dollars in loans Franklin had negotiated from France. Pennsylvania's own war debt included over half a million dollars in interest-bearing certificates originally issued in lieu of cash to pay its soldiers in the Continental Army. Political tensions ran high. Controversy swirled around attempts by a conservative faction to reform Pennsylvania's constitution, which Franklin had helped draft in 1776. This group wanted to replace the state's unicameral legislature with an upper and lower house, and to abandon the 12-member Executive Council in favor of a single governor. Others insisted that these attempts to "reform" the 1776 constitution were part of a thinly-disguised plot hatched by propertied elites to wrest control of the government from the people of Pennsylvania. Franklin was elected to the Council in hopes that he could engineer a compromise between those supporting the current constitution and their opponents. The turbulent conditions of Pennsylvania politics and the role he was expected to play dismayed Franklin. He confessed to Thomas Paine that it was a "Business more troublesome than any I have yet quitted." This was a gloomy assessment indeed, considering the trials and challenges Franklin had faced during his years abroad during the darkest days of the Revolution.
The fiscal and political crises in Pennsylvania may have made Franklin especially sympathetic to the beleaguered Massachusetts government in 1786-87. News of the government militia's success in the bloody encounter at the United States Arsenal prompted a relieved President Franklin to congratulate Governor James Bowdoin on "the happy success" of Massachusetts' "wise and vigorous measures for suppression of that dangerous insurrection." Interestingly, Franklin singled out the Massachusetts Constitution for special praise although it differed in key respects from the Pennsylvania Constitution he had helped create. Even more interestingly, some Massachusetts regulators sought to reform their constitution by eliminating the upper house, or senate, which would make it resemble more closely the Pennsylvania Constitution. Perhaps Franklin had reconsidered the virtues of a bicameral legislature and a single executive in the light of his recent experiences as the leader of the Executive Council. He heaped praise on the Massachusetts Constitution of 1780. It was, in Franklin's opinion, "one of the best in the union, perhaps I might say, in the world."Franklin had no sympathy for "the mad attempts to overthrow" the Massachusetts Constitution or "the wickedness and ignorance of a few, who, while they enjoy it, are insensible of its excellence."Franklin assured Governor Bowdoin that the Massachusetts proclamation offering a reward for the leaders of the insurrection had "been immediately printed in our newspapers." In fact, the government of Pennsylvania had increased the rewards:
the matter being laid before the Council and Assembly, it was thought fit to make an addition to the rewards your government had offered.
Accordingly, on March 10, 1787, the General Assembly and Council of Pennsylvania issued their own proclamation offering an additional £100 for the capture of Daniel Shays and £50 more apiece for the capture of Luke Day and other "proclaimed rebels." Signed by Franklin, the Pennsylvania proclamation sternly ordered all judges, justices, constables and sheriffs to apprehend not only the Massachusetts rebels but also "their aiders abettors and comforters, and every of them, so that they may be dealt with according to law."

Galileo Galilei




Galileo Galilei adalah nama yang tegak menjulang dalam dalam sejarah ilmu pengetahuan. Albert Einstein menyebutnya sebagai Bapak Fisika Modern, bahkan Sains Modern, sebagaimana yang kita kenal sekarang. Begitu menjulang nama ini, sehingga sejak 18 Oktober 1989 ia melambung melewati atmosfir bumi dan masuk ke keluasan antariksa, menjadi nama yang setingkat dewa-dewa Yunani Purba yang menguasai kosmos: nama Galileo menempel pada pesawat angkasa luar milik NASA yang menjadi penyelidik langsung Planet Yupiter dan satelit-satelitnya.

Hampir 400 tahun yang lalu, Galileo Galilei adalah nama yang miring, bagaikan Menara Pisa. Paling tidak, demikianlah yang terlihat di mata sejumlah pejabat tinggi pada Dinas Suci Inkuisisi Gereja Katolik. Otoritas tertinggi Gereja Katolik bahkan ingin meruntuhkan nama yang miring itu, menghapuskannya dari sejarah perkembangan ilmu pengetahuan manusia. Semua ini terjadi karena ilmuwan yang juga menulis puisi dan kritik sastra ini menyuarakan sebuah pandangan yang waktu itu dianggap sebagai sebuah kekafiran besar yang akan merusak aqidah ummat: pandangan bahwa bumi bukanlah pusat alam semesta, dan bahwa bumi berputar mengelilingi matahari, dan bukan sebaliknya.
Pandangan kosmologis “kafir” yang dikenal juga sebagai sistem heliosentris itu, sudah dipikirkan orang lebih dari dua ribu tahun yang silam dan diajukan antara lain oleh Aristarchus dari Samos (kl 310-230 SM). Karena sejumlah hal, khususnya ajaran Aristoteles dan Kitab Suci yang mengunggulkan sistem Geosentris yang dirumuskan Ptolemeus dalam buku terkenalnya, Almagest, sistem heliosentris ini hilang dari dunia pengetahuan manusia. Sistem kosmos yang berpusat surya ini, kita tahu, muncul kembali di Eropa Renaisans lewat pemikiran biarawan Nikolaus Kopernikus (1473-1543). Sistem ini ia sajikan dalam kitab yang ia persembahkan untuk Paus Paulus III, De Revolutionibus Orbium Coelestium (”On the Revolutions of the Celestial Orbs”), yang terbit di Nuremberg pada tahun terakhir kehidupannya, 1543. Kelak pandangan ini dikukuhkan oleh Johannes Kepler (1571-1630) yang mengajukan sejumlah Hukum Gerak dan Orbit benda-benda langit. Galileo mencoba menandaskan kebenaran sistem heliosentris dengan menggunakan teorinya sendiri yang ia anggap lebih kokoh.
Dalam sepucuk surat bertanggal 4 April 1597, Galileo mengaku bahwa sejak beberapa tahun silam ia sudah tahu betapa bumi bergerak mengitari matahari, bahwa sistem Kopernikan “lebih mendekati kenyataan daripada pandangan lain yang dikemukakan Aristoteles dan Ptolomeus.” Teori Heliosentris Kopernikus memberi penjelasan sederhana sekaligus anggun atas gerak-gerak planet yang selama itu membingungkan kaum cerdik cendekia. Sambil menata ulang susunan planet-planet yang sudah dikenal saat itu, sistem heliosentris menawarkan diri sebagai sistem yang lebih masuk akal dibanding dengan sistem tradisional geosentris. Meski demikian, ada beberapa hal yang membuat Kopernikus dan para pendukung teori Heliosentris seperti Galileo menangguhkan opini mereka.
***
Selain menggugat pandangan religius klasik atas posisi manusia di alam semesta yang menganggap bahwa bumi adalah pusat jagat raya, dan Vatikan adalah pusat dunia, sistem heliosentris tampak absurd dilihat dari sudut pandang pengetahuan fisika yang dominan waktu itu. Sistem ini juga menentang pengalaman indrawi manusia yang dengan mata telanjang melihat matahari mengedari bumi dengan terbit di timur dan surut di barat.
Sampai pada persimpangan abad 16 dan 17, para pemikir tumbuh dan terdidik dalam pemikiran Aristotelian, yang dengan tegas membagi ranah langit dan bumi, ranah surgawi dan duniawi. Sejajar dengan pembagian kosmis itu – oposisi biner dimana satu anasir lebih mulia dari anasir lainnya – bertaut dan berkelindanlah oposisi langit dan bumi, surgawi dan duniawi itu, dengan oposisi perfeksi dan korupsi, Kenaikan dan Kejatuhan. Keempat oposisi biner ini secara organis bersatu membentuk sebuah kerangka kosmo-antropologis yang bisa menampung aspirasi religius. Dalam paham fisika Aristoteles juga, benda-benda selalu bergerak menuju tempat mereka yang alami. Batu jatuh karena tempat alami benda-benda berbobot adalah pada pusat alam semesta. Itu pula sebabnya maka bumi yang berat ini ada di tempatnya, yakni di pusat alam semesta itu.
Pandangan dunia fisika Aristotelian ini dengan jelas memberi sebuah bangunan kognitif yang kukuh dan, yang paling penting: sangat mudah dicerna. Selain menautkan ranah langit dan bumi, menyatukan kegiatan ilahiah dan kehidupan manusiawi, bangunan kognitif ini juga memberi tempat yang istimewa dan mantap bagi para penganutnya, sekaligus menyingkirkan kaum yang asing, kaum anti-Vatikan misalnya, dari pusat dunia. Ringkasnya, bangunan kognitif ini tampak berhasil mengorganisasikan banyak kenyataan yang tampak tak berhubungan sekaligus memberi perasaan menyenangkan bagi para penganut dan pendukungnya. Menerima sistem Kopernikan bukan saja berarti menampik fisika Aristoteles dan membuang sistem geosentris Ptolomeus. Itu juga berarti meruntuhkan rasa mantap dan nyaman yang selama ini ada, sekaligus membantah Kitab Suci yang dengan tegas menyebutkan bahwa bumi dipasak di tempatnya. Oh, Tuhanku, Kau-lah yang Maha Besar… Kau pancangkan bumi pada fondasinya, tiada bergerak untuk selamanya. (Mazmur 103: 1,5).
***
Jaman ketika sistem heliosentris mulai menunjukkan kekuatannya adalah jaman ketika Gereja Katolik sedang dirongrong oleh gelombang Reformasi Protestan yang menggugat hak-hak istimewa Gereja yang sangat besar. Selain dilanda oleh Perang 30 Tahun yang merupakan puncak perlawanan kaum Protestan, Eropa juga tengah diharubiru oleh Wabah Hitam, yang konon datang untuk menghukum manusia yang aqidahnya sudah rusak. Wabah ini muncul di abad ke-14, dipicu oleh perubahan iklim yang disebut Jaman Es Kecil. Bermula sebagai sampar yang meletup di Daratan Cina, wabah ini meyebar lewat tikus-tikus yang terbawa kapal-kapal dagang sampai ke Eropa, dan menumpas hampir sepertiga penduduk Eropa hanya dalam waktu 25 tahun.
Sejak ratusan tahun yang silam, ada saja orang-orang yang sangat berkuasa dalam struktur Gereja Katolik yang yakin bahwa karena tanggung jawab mereka sangat besar dalam melindungi dan membimbing ummat, maka mereka harus punya kekuasaan dan hak-hak istimewa yang tak kalah besarnya, yang selalu harus dipertahankan, apapun akibatnya. Kekuasaan mereka yang sangat besar bukan saja terentang dalam upaya untuk mewujudkan Kerajaan Tuhan di Bumi. Kekuasaan itu juga diperlukan dalam menyelamatkan iman manusia yang – menurut sebuah naskah drama yang terkenal di abad 20 – mendapatkan kekuatan dari penampilan pohon-pohon yang menghijau yang menjadi baru setiap tahun, dari paras tanah yang tak ramah dan tak pernah puas, dari gereja kecil dan teks Injil yang mereka dengar di sana di setiap hari minggu.
Pandangan yang menyakini bahwa bumi hanyalah seonggok batu yang terus-menerus berputar dalam ruang hampa, mengitari sebuah bintang mungil kelas dua, memang adalah pandangan yang membuat hidup akan terasa ciut. Kitab Suci akan tampak salah, dan kepastian yang selama ini bisa menopang kehidupan ummat akan luluh lantak dan mereka akan tercerai-berai ketakutan. Pandangan ini bukan saja dianggap akan merongrong dasar keyakinan gereja Katolik dan merampok kebahagiaan iman orang-orang awam yang sederhana itu. Pandangan ini juga diimani akan mendatangkan berbagai bencana kiriman langit yang antara lain terwujud dalam Wabah Hitam yang mengerikan itu.
Setiap ajaran yang menganggu iman manusia dan bisa mendatangkan bencana, tentu harus dihapuskan demi kebaikan manusia sendiri. Mereka yang tidak mau bertobat, harus dibantu dengan disucikan lewat api agar mereka tak lagi menerima siksa neraka.
3 tahun setelah Galileo menuliskan suratnya yang bertanggal 4 April 1597 itu, Giordano Bruno, seorang pastor Ordo Dominikan, dibakar di Roma antara lain karena bersikeras meyakini bahwa bumi bergerak mengitari matahari, bukan diam di tempatnya sebagai pusat semesta, dan bahwa ada banyak planet seperti bumi ini yang bertebaran di alam semesta. Masing-masing pandangan itu ia sampaikan dalam dua buku Cena de le Ceneri (”The Ash Wednesday Supper”) and De l’Infinito, Universo e Mondi (”On the Infinite Universe and Worlds”), keduanya terbit pada 1584.
Penyucian Bruno di atas api unggun yang mengerikan itu, kalaupun punya pengaruh pada Galileo, namun itu menjadi aus dalam kikisan waktu. Pada 1616 ia menulis untuk Kardinal Alessadro Orsini tentang gerak pasang surut pantai yang ia anggap akan membuktikan pergerakan Bumi dan posisi sentral Matahari. Risalah itu membuat Galileo mendapat teguran. Setelah merasa menemukan sejumlah bukti dan teori pendukung yang lebih kokoh, pada 1632, Galileo menerbitkan sebuah buku berjudul Dialogo sopra i due Massimi Sistemi del Mondo (“Dialogue Concerning the Two Chief Systems of the World – Ptolemaic and Copernican”). Buku yang juga bisa disebut novel ide dengan struktur formal yang sangat sederhana itu menghadirkan percakapan antara Salviati yang membela kosmologi Kopernikan, dan Simplicio – seorang filsuf Aristotelian yang mengusung kosmologi Ptolemeian. Klimaks dialog ini adalah pemaparan Salviati bahwa Bumi bergerak mengitari matahari. Pemaparan itu didasarkan teori gerak pasang surut yang sudah ditata Galileo sejak usia 30.
***
Teori pasang surut yang dikira Galileo akan menjadi penopang paling kokoh dari sistem Heliosentrisme, adalah teori yang mengidap sejumlah kesalahan. Penjelasan yang kelak terbukti benar tentang peristiwa pasang surut ini, sebenarnya telah diajukan oleh Kepler pada 1609. Artinya, Dinas Suci Gereja Katolik sesungguhnya punya peluang lebar menyanggah Galileo dengan mengguncang teori pasang surut yang diajukan sendiri oleh penulis Dialog itu. Tetapi, yang dilakukan oleh Dinas Suci yang ngotot dengan makna literal Injil itu, bukanlah dengan tekun dan tabah menggunakan kejernihan nalar, tetapi langsung melompat memakai klaim kekuatan otoritas suci yang tak boleh dibantah. Niat baik Dinas Suci untuk melindungi iman ummat, seperti halnya banyak sekali niat baik dalam sejarah yang dengan tulus hendak membela kepentingan banyak manusia, telah mendorong gereja melakukan kesalahan yang patut disesalkan. Kesalahan yang berusia ratusan tahun itu, memang ditebus kembali oleh Gereja Katolik pada 1992, tiga dekade setelah Konsili Vatikan II, saat lembaga raksasa ini berada di bawah pimpinan Paus Johanes Paulus II.

Alexander Graham Bell




.Alexander Graham Bell (1847 – 1922) was a Scottish scientist and inventor who emigrated to Canada and later the United States. Today, Bell is widely considered as one of the foremost developers of the telephone, together with Antonio Meucci – inventor of the first telephone prototype – and Philipp Reis. In addition to Bell's work in telecommunications technology, he was responsible for important advances in aviation and hydrofoil technology. Much of his later work was done in Canada.

Thomas Alva Edison




Thomas Alva Edison (1847 – 1931) was an American inventor and businessman who developed many devices which greatly influenced life worldwide into the 21st century. Dubbed "The Wizard of Menlo Park" by a newspaper reporter, he was one of the first inventors to apply the principles of mass production to the process of invention, and can therefore be credited with the creation of the first industrial research laboratory. Some of the inventions attributed to him were not completely original but amounted to improvements of earlier inventions or were actually created by numerous employees working under his direction. Nevertheless, Edison is considered one of the most prolific inventors in history, holding 1,097 U.S. patents in his name, as well as many patents in the United Kingdom, France, and Germany. He lived to the age of 84.

Senin, 10 Agustus 2009

petir / halilintar










Kilat adalah sebuah discharge elektrostatik alam yang kuat terjadi pada saat "thunderstorm". Pelepasan muatan listrik yang tiba-tiba dibarengi dengan pemancaran cahaya tampak dan bentuk radiasi elektromagnetik lainnya. Arus listrik yang melalui saluran dischrage dengan cepat memanaskan dan mengembangkan udara menjadi sebuah plasma, menciptakan gelombang shock akustrik (geledek) di atmosfer.Riset awal kilatPada awal penyelidikan listrik melalui tabung Leyden dan peralatan lainnya, sejumlah orang (Dr. Wall, Gray, Abbé Nollet) mengusulkan 'spark' skala kecil memiliki beberapa kemiripan dengan kilat.Benjamin Franklin, yang juga menemukan lightning rod, berusaha mengetes teori ini dengan menggunakan sebuah tiang yang didirikan di Philadelphia. Selagi dia menunggu penyelesaian tiang tesebut. beberapa orang lainnya (Dalibard dan De Lors) melakukan di Marly di Perancis apa yang kemudian dikenal sebagai eksperimen Philadelphia yang Franklin usulkan di bukunya.Franklin biasanya mendapatkan kredit untuk menjadi yang pertama mengusulkan eksperimen ini, karena dia tertarik dalam cuaca. (Dia mencipatakan ilmu meteorologi.)Meskipun eksperimen dari masa Franklin menunjukkan bahwa kilat adalah sebuah discharge dari listrik statik, hanya ada sedikit peningkatan dalam teori ini selama lebih dari 150 tahun. Pendorong untuk riset baru berasal dari bidang teknik tenaga: jalur transmisi tenaga digunakan dan teknisi ingin mengetahui lebih banyak tentang kilat. Meskipun sebabnya diperdebatkan (dan masih berlanjut sampai sekarang), riset menghasilkan banyak informasi baru tentang fenomena kilat, terutama jumlah arus dan energi yang terdapat.


Petir atau halilintar merupakan gejala alam yang biasanya muncul pada musim hujan di mana di langit muncul kilatan cahaya sesaat yang menyilaukan yang beberapa saat kemudian disusul dengan suara menggelegar. Perbedaan waktu kemunculan ini disebabkan adanya perbedaan antara kecepatan suara dan kecepatan cahaya.Petir adalah gejala alam yang bisa kita analogikan dengan sebuah kapasitor raksasa, di mana lempeng pertama adalah awan (bisa lempeng negatif atau lempeng positif) dan lempeng kedua adalah bumi (dianggap netral). Seperti yang sudah diketahui kapasitor adalah sebuah komponen pasif pada rangkaian listrik yang bisa menyimpan energi sesaat (energy storage).

Petir terjadi karena ada perbedaan potensial antara awan dan bumi. Proses terjadinya muatan pada awan karena dia bergerak terus menerus secara teratur, dan selama pergerakannya dia akan berinteraksi dengan awan lainnya sehingga muatan negatif akan berkumpul pada salah satu sisi (atas atau bawah), sedangkan muatan positif berkumpul pada sisi sebaliknya. Jika perbedaan potensial antara awan dan bumi cukup besar, maka akan terjadi pembuangan muatan negatif (elektron) dari awan ke bumi atau sebaliknya untuk mencapai kesetimbangan. Pada proses pembuangan muatan ini, media yang dilalui elektron adalah udara. Pada saat elektron mampu menembus ambang batas isolasi udara inilah terjadi ledakan suara. Petir lebih sering terjadi pada musim hujan, karena pada keadaan tersebut udara mengandung kadar air yang lebih tinggi sehingga daya isolasinya turun dan arus lebih mudah mengalir. Karena ada awan bermuatan negatif dan awan bermuatan positif, maka petir juga bisa terjadi antar awan yang berbeda muatan.
Manusia selalu mencoba untuk menjinakkan keganasan alam, salah satunya adalah bahaya sambaran petir. Ada beberapa metode untuk melindungi diri danlingkungan dari sambaran petir. Metode yang paling sederhana tapi sangat efektif adalah metode Sangkar Faraday. Yaitu dengan melindungi area yang hendak diamankan dengan melingkupinya memakai konduktor yang dihubungkan dengan pembumian.

albert einstein


Albert Einstein (March 14, 1879 – April 18, 1955) was a German-born theoretical physicist.

He is best known for his theory of relativity and specifically mass-energy equivalence, E = mc2. Einstein received the 1921 Nobel Prize in Physics "for his services to Theoretical Physics, and especially for his discovery of the law of the photoelectric effect."

Einstein's many contributions to physics include his special theory of relativity, which reconciled mechanics with electromagnetism, and his general theory of relativity which extended the principle of relativity to non-uniform motion, creating a new theory of gravitation. His other contributions include relativistic cosmology, capillary action, critical opalescence, classical problems of statistical mechanics and their application to quantum theory, an explanation of the Brownian movement of molecules, atomic transition probabilities, the quantum theory of a monatomic gas, thermal properties of light with low radiation density (which laid the foundation for the photon theory), a theory of radiation including stimulated emission, the conception of a unified field theory, and the geometrization of physics.

Works by Albert Einstein include more than fifty scientific papers and also non-scientific books. In 1999 Einstein was named Time magazine's "Person of the Century", and a poll of prominent physicists named him the greatest physicist of all time. In popular culture the name "Einstein" has become synonymous with genius.

Wurttemberg, Germany. Little did anyone know that young Albert Einstein, who had various speech difficulties and learned to talk late, would go on to become the most prominent physicist in history and named People magazine's "Man of the Century" in 1999.

In 1905, Einstein published four revolutionary papers in the journal Annalen der Physik, including papers explaining the photoelectric effect and the fundamentals of his special theory of relativity. His work laid the foundation for the field of quantum physics, though he himself had some concerns about the conceptual implications of his own work.

Specifically, Einstein didn't like the fact that quantum physics allows (conceptually at the time, though it has since been demonstrated) that information about a system can be "communicated" instantaneously through quantum entanglement. This violates one of the principles of relativity, which is that no information can travel faster than the speed of light. Einstein's friendly, though heated, debate with colleague Niels Bohr on this issue went on for years, and provided key insights into the developing quantum theory.

In the later years of his life, Einstein focused his work on the attempt to derive a Unified Field Theory (more often called Grand Unified Theory, or GUT, at the time) which would unify the fundamental forces of physics into a single conceptual framework. This attempt was not successful, but it is still the holy grail of physics research, resulting in theories such as string theory, quantum gravity, and loop quantum gravity.

In addition to his work in physics, he also became a prominent figure in popular culture, obtaining a status akin to a modern day rock star. His distinctive appearance may have helped with this, and certainly has made him popular among cartoonists. He wrote a letter to President Franklin Delano Roosevelt in 1939, expressing concern that Germany might be using his own research to develop nuclear weapons. This letter motivated FDR to initiate the Manhattan Project to develop such a weapon for the Allies first.

Einstein later became a vocal supporter of the Zionist movement, although he also expressed concerns about the specifics of the decision to form Israel ... concerns which the continued violence in that region & border dispute shows to have been prescient. He was asked to be Israel's second president, but he chose to decline it.

kloning



On January 8, 2001, scientists at Advanced Cell Tec­hnology, Inc., announced the birth of the first ­clone of an endangered animal, a baby bull gaur (a large wild ox from India and southeast Asia) named Noah. Although Noah died of an infection unrelated to the procedure, the experiment demonstrated that it is possible to save endangered species through cloning.

­

­Cloning is the process of making a geneti- cally identical organism through nonsexual means. It has been used for many years to produce plants (even growing a plant from a cutting is a type of cloning). Animal cloning has been the su­bject of scientific experiments for years, but garnered little attention until the birth of the first cloned mammal in 1997, a sheep named Dolly. Since Dolly, several scientists have cloned other animals, including cows and mice. The recent success in cloning animals has sparked fierce debates among scientists, politicians and the general public about the use and morality of cloning plants, animals and possibly humans.

In this article, we will examine how cloning works and look at possible uses of this technology.


Nature­ has been cloning organisms for billions of years. For example, when a strawberry plant sends out a runner (a form of modified stem), a new plant grows where the runner takes root. That new plant is a clone. Similar cloning occurs in grass, potatoes and onions.

Reproduction
Sexual reproduction involves the merging of two sets of DNA (one from the father's sperm and one from the mother's egg) to produce a new offspring that is genetically different from either parent. Asexual reproduction (without sex) produces offspring that are genetically identical to the single parent organism.

­People have been cloning plants in one way or another for thousands of years. For example, when you take a leaf cutting from a plant and grow it into a new plant (vegetative propagation), you are cloning the original plant because the new plant has the same genetic makeup as the donor plant. Vegetative propagation works because the end of the cutting forms a mass of non-specialized cells called a callus. With luck, the callus will grow, divide and form various specialized cells (roots, stems), eventually forming a new plant.

More recently, scientists have been able to clone plants by taking pieces of specialized roots, breaking them up into root cells and growing the root cells in a nutrient-rich culture. In culture, the specialized cells become unspecialized (dedifferentiated) into calluses. The calluses can then be stimulated with the appropriate plant hormones to grow into new plants that are identical to the original plant from which the root pieces were taken.

Producing Clones: Animal Kingdom

­Plants are not the only organisms that can be cloned naturally. The unfer­tilized eggs of some animals (small invertebrates, worms, some species of fish, lizards and frogs) can develop into full-grown adults under certain environmental conditions -- usually a chemical stimulus of some kind. This process is called parthenogenesis, and the offspring are clones of the females that laid the eggs.

Another example of natural cloning is identical twins. Although they are genetically different from their parents, identical twins are naturally occurring clones of each other.

Scientists have experimented with animal cloning, but have never been able to stimulate a specialized (differentiated) cell to produce a new organism directly. Instead, they rely on transplanting the genetic information from a specialized cell into an unfertilized egg cell whose genetic information has been destroyed or physically removed.

In the 1970s, a scientist named John Gurdon successfully cloned tadpoles. He transplanted the nucleus from a specialized cell of one frog (B) into an unfertilized egg of another frog (A) in which the nucleus had been destroyed by ultraviolet light. The egg with the transplanted nucleus developed into a tadpole that was genetically identical to frog B.

While Gurdon's tadpoles did not survive to grow into adult frogs, his experiment showed that the process of specialization in animal cells was reversible, and his technique of nuclear transfer paved the way for later cloning successes.This procedure, called tissue culture propagation, has been widely used by horticulturists to grow prized orchids and other rare flowers.

­In 1997, cloning was revolutionized when Ian Wilmut and his colleagues at the Roslin­ Institute in Edinburgh, Scotland, successfully cloned a sheep named Dolly. Dolly was the first cloned mammal.

Wilmut and his colleagues transplanted a nucleus from a mammary gland cell of a Finn Dorsett sheep into the enucleated egg of a Scottish blackface ewe. The nucleus-egg combination was stimulated with electricity to fuse the two and to stimulate cell division. The new cell divided and was placed in the uterus of a blackface ewe to develop. Dolly was born months later.

Dolly was shown to be genetically identical to the Finn Dorsett mammary cells and not to the blackface ewe, which clearly demonstrated that she was a successful clone (it took 276 attempts before the experiment was successful). Dolly has since grown and reproduced several offspring of her own through normal sexual means. Therefore, Dolly is a viable, healthy clone.

Since Dolly, several university laboratories and companies have used various modifications of the nuclear transfer technique to produce cloned mammals, including cows, pigs, monkeys, mice and Noah.

­The ­main reason to clone plants or animals is to mass produce organisms with desired qualities, such as a prize-winning orchid or a genetically engineered animal -- for instance, sheep have been engineered to produce human insulin. If you had to rely on sexual reproduction (breeding) alone to mass produce these animals, then you would run the risk of breeding out the desired traits because sexual reproduction reshuffles the genetic deck of cards.

Other reasons for cloning might include replacing lost or deceased family pets and repopulating endangered or even extinct species. Whatever the reasons, the new cloning technologies have sparked many ethical debates among scientists, politicians and the general public. Several governments have considered or enacted legislation to slow down, limit or ban cloning experiments outright. It is clear that cloning will be a part of our lives in the future, but the course of this technology has yet to be determined.

Rabu, 29 Juli 2009

george ohm


Georg Simon Ohm (1789 - 1854) first investigated the relationship between the current in an electric circuit element and the electrical potential difference, often called voltage, across the circuit element. Some sources list his birth year as 1787.

Ohm was born in Erlanger, Bavaria, now part of Germany. Though not formally educated himself, Ohm's father, a locksmith, encouraged his son to get the best possible education.

While working as a teacher Georg Ohm investigated electric currents and discovered the law now bearing his name. He published his work in an 1827 book, Die galvanische Kette, mathematisch bearbeitet (The Galvanic Circuit Investigated Mathematically), which was poorly regarded at the time. Modern physicists regard Ohm's work as important to our understanding of electric circuits.

Ohm's Law
For a circuit or circuit element, Ohm's law mathematically relates the current, the voltage, and the electrical resistance. The voltage is more properly called the electrical potential difference, but voltage is often used because it is less of a mouthful.

Ohm found that in a circuit the voltage and current are directly proportional to each other. That means if the current, I, in a circuit is plotted along the horizontal, or x, axis and the voltage, V, is plotted along the vertical, or y, axis, then the result will be a straight line. The slope of this line is the resistance, R, of the circuit.

The mathematical equation for Ohm's law is:
V=IR
The voltage or electrical potential difference, V, is measured in volts. The electrical current, I, is measured in amperes, commonly called amps. The resistance, R, is measured in ohms, which are volts per amp.

Ohm's Law is Not a Fundamental Law
Many laws of physics, such as Conservation of Energy, are fundamental laws that always apply without exception. Ohm's law is not one of these laws. It is an empirical law, found by experiment, that works pretty well most of the time. There are times however where Ohm's law does not work.

One example is an incandescent light bulb. The tungsten filament in the bulb does not follow Ohm's law. As the voltage in the wire filament increases it heats up. The resistance of a wire changes as its temperature changes. Hence the graph of the current and voltage in the wire will curve. The light bulb filament violates Ohm's law. Often if extreme currents are applied to wires, they heat up, change their resistances, and violate Ohm's law.

Ohm's Law and Short Circuits
When a short circuit occurs in an electrical appliance, most of the circuit for the appliance is bypassed. Hence the resistance becomes very low. The appliance may have a high electrical resistance, but the wire leading to the appliance does not.

By Ohm's law, the very low resistance in a short circuit causes a very high current. This high current blows the circuit breaker or fuse. If circuits did not have fuses or circuit breakers, high currents in the circuits could heat the wires to the point of starting a fire. Fuses and circuit breakers are therefore protective devices.

Ohms law is a useful relationship between the voltage, current, and resistance in an electrical circuit.

charles augustin coulomb


Charles-Augustin de Coulomb (1736-1806), a French physicist best known for the formulation of Coulomb's law, which states that the force between two electrical charges is proportional to the product of the charges and inversely proportional to the square of the distance between them. The unit of charge, the coulomb, is named after him. Throughout much of his work, he performed experiments with a torsion balance (which he invented independently of Priestley), a measuring instrument designed to measure small forces by the torsion they exert on a thin wire. Coulomb also undertook services for the French government in such varied fields as education and hospital reform.

Senin, 27 Juli 2009

genetika


Dalam ilmu genetika (tentang pewarisan sifat-sifat) dikenal istilah mutasi, yaitu perubahan gen (suatu materi genetis) yang menyebabkan perubahan tampilan luar suatu sifat (fenotip) dari yang seharusnya bila gen tersebut tidak mengalami mutasi. Secara spesifik, perubahan ini karena adanya perubahan kode-kode genetik pada molekul DNA (basis gen) pada saat sitesa protein sehingga menyebabkan pembentukan protein yang berbeda pada sitoplasma. Jadi, suatu individu yang dihasilkan dari mutasi gen maka sifat-sifat yang dimiliki menjadi berbeda dari sifat-sifat tetuanya.
Mutasi gen terjadi tanpa perencanaan dan direncanakan. Kejadiannya juga sangat langka dan acak. Biasanya individu hasil dari mutasi gen memiliki sifat-sifat yang lebih buruk daripada tetuanya walaupun ada juga yang menghasilkan individu yang lebih baik. Karena kebanyakan menghasilkan sifat luar yang tidak baik maka mutasi sangat tidak diinginkan. Hasil dari mutasi bisa mengacaukan tatanan dan keseimbangan meskipun bisa dipercaya akan menghasilkan suatu keseimbangan baru lagi dalam kehidupan alam semesta.
Mungkin karena makna mutasi adalah seperti di atas maka perkataan ”mutasi” menjadi sesuatu yang negatif bahkan menakutkan. Misalnya saja mutasi pegawai. Begitu mendengar ada kepala daerah akan melakukan mutasi maka pegawainya akan merasakan H2C alias harap-harap cemas. Semua orang berharap tidak dimutasi apa lagi yang berada di ”tempat basah”. Walaupun yang terjadi adalah sesungguhnya rotasi, tak urung semua orang memaknai ”mutasi”. Orang yang dimutasi berarti orang ini pasti dianggap telah melakukan kesalahan atau tidak sejalan dengan pejabat yang memutasi sekalipun sangat berprestasi. Berbeda dengan promosi. Seseorang yang dipromosikan pastilah orang tersebut berprestasi walaupun bisa juga karena ”koneksi”. Promosi sangat diharapkan oleh setiap pegawai karena pasti akan menambah prestise, gengsi dan kewenangan (baca: kekuasaan). Karena hal inilah maka berbagai cara bisa saja dilakukan untuk untuk dipromosikan dari jalan halus sampai jalan kasar, dari pintu depan sampai pintu belakang jangan-jangan dari cara halal hingga cara haram juga dilakukan.
Karena sifat kejadiannya yang acak dan langka serta hasil yang tidak bagus tetapi sulit atau tidak bisa dihindari maka biasanya hasilnya menjadi suatu keanehan dalam suatu populasi. Aneh karena suatu tampilan betul-betul berbeda dari tampilan umumnya populasi. Tidak teratur karena kejadiannya begitu saja dan tidak terkoordinasi dan hasilnya acak-acaknya. Namun demikian, kejadian mutasi di alam ini kejadian yang memang juga alamiah belaka. Bukan rekayasa. Sekalipun ada rekayasa (genetika) maka direkayasa untuk menghasilkan sesuatu yang jauh lebih baik. Berbeda dengan apa yang justru terjadi dalam kehidupan pemerintahan nyata suatu daerah. Mutasi benar-benar terjadi tanpa kendali dan koordinasi, tetapi dengan rekayasa yang justru hasilnya bukanlah sesuatu yang lebih bagus melainkan acak-acakan tidak karuan. Apakah ini mengiukuti makna mutasi yang sesunggunya?

Kamis, 02 Juli 2009

molekul (air)






Jika kita melihat bentuk molekul air, maka semakin terbukalah rahasia mengapa zat ini demikian istimewa. Sesungguhnya jika gas oksigen dan gas hidrogen bertemu untuk membentuk molekul air, reaksi yang terjadi sangatlah berbahaya karena bisa timbul panas yang tinggi bahkan ledakan karena oksigen adalah gas yang dibutuhkan untuk pembakaran dan hidrogen adalah gas yang mudah terbakar. Tapi untunglah Tuhan telah menyediakan air semenjak penciptaan sehingga kita tidak perlu membuat air dengan ledakan. Kurang lebih dibebaskan energi berupa panas sebesar 242 kilo Joule untuk membuat air sebanyak 18 gram dari 22,4 liter atau 2 gram gas hidrogen dan .11,2 liter atau 16 gram gas oksigen pada suhu 0 derajat Celcius dan tekanan satu atmosfer. Mari kita lihat bentuk molekul air yang berhasil diamati dengan berbagai percobaan dan perhitungan yang rumit.
Bentuk molekul air tersebut dan terutama sifat elektroniknya menjadikan air memiliki sifat fisika dan kimia yang fantastis. Apakah sifat elektronik itu ? Dalam pemahaman kimia dan fisika, semua sifat-sifat atom dan molekul ditentukan oleh perangai dan keadaan elektron yang mengelilingi inti atom. Ternyata alam mengajarkan kita lebih banyak lagi tentang berbagi dan bekerja sama. Ikatan yang terjadi antara dua atom hidrogen dan satu atom oksigen menjadi satu molekul air disebut ikatan kovalen. Yaitu ikatan antar atom yang terjadi karena setiap atom menyumbangkan elektron yang dimiliki untuk saling berpasangan dan digunakan bersama membentuk satu ikatan. Namun, karena oksigen memiliki kelebihan pasangan elektron, maka elektron yang tidak membentuk ikatan tersebut dikatakan sebagai "pasangan elektron bebas". Adanya elektron bebas yang bersifat sangat negatif menjauhkan kedudukannya dari dua atom hidrogen sehingga ikatan H2O membengkok sebesar 107.5 derajat. Sedangkan keadaan alamiah atom oksigen yang bersifat negatif dan atom hidrogen yang bersifat positif menimbulkan pengkutuban atau perbedaan muatan. Kedua keadaan itulah yang menjadikan molekul air bersifat polar, artinya molekul air memiliki perbedaan muatan yakni negatif pada sisi pasangan elektron bebas dan positif pada sisi atom hidrogen. Kepolaran air bisa berarti segalanya dan amatlah besar faedahnya. Kepolaranlah yang menjadikan air dapat menghantarkan arus listrik. Berkat sifat air yang polar, dia bisa melarutkan berbagai macam zat lain, misalnya darah, protein, vitamin, garam dan lain-lain. Kenyataannya, air merupakan pelarut universal yang paling ramah terhadap lingkungan. Demikian sebaliknya, air terpisah dari minyak dan lemak karena adanya perbedaan kepolaran. Coba bayangkan jika air dan minyak dapat bercampur, betapa susahnya membersihkan tumpahan minyak di laut lepas !!. Walaupun demikian, sering kali sifat air sebagai pelarut universal malah merugikan dirinya sendiri karena dia mudah sekali tercemari oleh beraneka ragam materi kimia maupun biologi sehingga sulit untuk membersihkannya lagi, apalagi ditambah dengan ketidakkepedulian kita untuk menjaga kemurniannya.
Adanya perbedaan muatan menjadikan ikatan antar molekul air sendiri cukup kuat sehingga pada suhu ruangan dia berbentuk cair, dibandingkan dengan bensin yang segera menguap. Aksi tarik menarik antara atom hidrogen di satu molekul air dengan pasangan elektron bebas pada molekul air yang lain disebut ikatan hidrogen dan oleh sebab itu diperlukan suhu 100o Celcius untuk mengubah keadaan cair menjadi uap. Air dikatakan memiliki nilai kalor spesifik yang tinggi, artinya diperlukan energi yang cukup besar untuk menjadikannya mendidih sebaliknya air dapat melepaskan panas perlahan-lahan ke lingkungan. Berkat sifat tersebut iklim di bumi tetap stabil demikian juga tubuh kita memiliki suhu yang konstan karena kurang lebih 70% permukaan bumi dan 60% tubuh mahluk hidup terdiri dari air.
Begitu banyak keistimewaan air sehingga manfaatnya pun demikian luas mencakup berbagai aspek seperti kimia, fisika, biologi hingga agama, budaya, seni, bahkan ekonomi dan politik. Jika penelitian terakhir menunjukkan banyak situ-situ di sekitar Jakarta mulai menghilang itu berarti telah terjadi kesalahan dalam pengelolaan lingkungan. Bukan tidak mungkin suatu saat nanti Jakarta akan benar-benar kehabisan mata air dan harus memproduksi air bersih dengan teknologi yang lebih mahal dan lebih rumit akibat kelalaian kita bersama. Sungguh, air yang cantik dan sangat penting dalam kehidupan kita itu memang materi yang paling melimpah di bumi. Air diciptakan dan dicurahkan bukan berarti untuk disia-siakan, maka sekarang saatnya untuk kita lebih menghargai air sebagai ciptaan Tuhan yang paling indah.

Hexagonal Bio Resonance Water

AIR dan Manusia adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, dimana 70% tubuh manusia terbentuk daripada unsur air. Apabila tubuh kita kekurangan cairan maka kesehatan kita akan terganggu. Air murni adalah air yang terdiri atas molekul H2O dan memliki tingkat keasaman PH 7,0 dimana jenis air ini sangat dibutuhkan manusia. Saat ini air murni ini (Air Heksogonal) sangat sulit didapatkan dimuka bumi ini karena rusaknya ekosistem alam oleh manusia sendiri. Dengan kemajuan teknologi Quantum Science kita bisa memperoleh kembali Air Heksagonal dengan mudah sekali yaitu hanya dengan cara menempelkan Kalung Quantum ini pada permukaan botol air/gelas (tidak harus dicelupkan) dalam kurun waktu +/-15 menit saja, jadilah Air Heksagonal. Beberapa jenis penyakit yang berhubungan dengan sirkulasi pembuluh darah dan inti sel bisa diatasi dengan memakai Kalung Quantum ini tanpa adanya efek samping sama sekali. Dengan menggunakan Kalung Quantum untuk sekian waktu bisa membantu proses penyembuhan berbagai penyakit seperti : Asam Urat, Rematik, Kolesterol, Migren, Hipertensi, Prostat, Sakit Persendian, Kesemutan, Diabetes, Gejala Stroke dan Pasca Stroke, Sakit Punggung, Haid, Tekanan Darah Rendah, Katarak, Lesu dan Mudah Lelah.

Atom



Model Atom John Dalton
Pada tahun 1803, John Dalton mengembangkan konsep atom modern pertama. Model Dalton menaruh perhatian utamanya pada sifat kimia atom, yaitu bagaimana atom membentuk senyawa, daripada mencoba untuk menjelaskan sifat fisika atom. Konsep utama dari model Dalton adalah sebagai berikut:
1. Sebuah elemen terdiri dari partikel yang sangat kecil dan tidak dapat dibagi lagi disebut atom.
2. Semua atom dari elemen tertentu memiliki karakteristik yang identik, yang membedakan mereka dengan atom elemen lain.
3. Atom tidak dapat diciptakan, dimusnahkan, atau diubah menjadi atom dari elemen lain.
4. Senyawa terbentuk ketika atom-atom elemen yang berbeda bergabung satu sama lain dalam sebuahtertentu.
5. Jumlah dan jenis atom tersebut adalah konstan dalam senyawa tertentu
Model Atom JJ. Thomson
Pada tahun 1803, John Dalton mengembangkan konsep atom modern pertama. Model Dalton menaruh perhatian utamanya pada sifat kimia atom, yaitu bagaimana atom membentuk senyawa, daripada mencoba untuk menjelaskan sifat fisika atom. Konsep utama dari model Dalton adalah sebagai berikut:
1. Sebuah elemen terdiri dari partikel yang sangat kecil dan tidak dapat dibagi lagi disebut atom.
2. Semua atom dari elemen tertentu memiliki karakteristik yang identik, yang membedakan mereka dengan atom elemen lain.
3. Atom tidak dapat diciptakan, dimusnahkan, atau diubah menjadi atom dari elemen lain.
4. Senyawa terbentuk ketika atom-atom elemen yang berbeda bergabung satu sama lain dalam sebuah rasio tertentu.
5. Jumlah dan jenis atom tersebut adalah konstan dalam senyawa tertentu.
Model Atom Rutherford
Pada awal 1900an, J.J. Thomson mengusulkan model atom baru yang mengikutkan keberadaan partikel elektron dan proton. Karena eksperimen menunjukkan proton memiliki massa yang jauh lebih besar dibandingkan elektron, maka model Thomson menggambarkan atom sebagai proton tunggal yang besar. Di dalam partikel proton, Thomson memasukkan elektron yang menetralkan adanya muatan positif dari proton. Menurut Thomson, atom terdiri dari suatu bulatan bermuatan positif dengan rapat muatan yang merata. Di dalam muatan positif ini tersebar elektron dengan muatan negatif yang besarnya sama dengan muatan positif.
Model Atom Niels Bohr
Pada tahun 1910, Ernest Rutherford melakukan percobaan pada kebenaran model ini dengan melakukan yang sekarang dikenal sebagai eksperimen hamburan Rutherford (Rutherford scattering experiment).Rutherford menemukan partikel-a, sebuah partikel yang dipancarkan oleh atom radioaktif, pada tahun 1909. Partikel ini memiliki muatan positif, dan faktanya adalah kita sekarang tahu bahwa partikel-a seperti atom helium dilepaskan dari elektronnya, memberikannya muatan 2+. Dalam eksperimen hamburan ini, aliran partikel-a ini diarahkan ke lembaran emas. Lembaran emas ini dipilih oleh Rutherford karena dapat dibuat sangat tipis--
hanya setebal beberapa atom emas.
Pada tahun 1913 Niels Bohr mencoba menjelaskan model atom Bohr melalui konsep elektron yang mengikuti orbit mengelilingi inti atom yang mengandung proton dan neutron. Menurut Bohr, hanya terdapat orbit dalam jumlah tertentu, dan perbedaan antar orbit satu dengan yang lain adalah jarak orbit dari inti atom. Keberadaan elektron baik di orbit yang rendah maupun yang tinggi sepenuhnya tergantung oleh tingkatan energi elektron. Sehingga elektron di orbit yang rendah akan memiliki energi yang lebih kecil daripada elektron di orbit yang lebih tinggi.
Model Atom Modern
Model atom modern adalah hasil karya para peneliti dari tahun 1920an hingga saat ini. Model atom tersebut menyatakan bahwa elektron tidak bergerak pada lintasan tertentu dan lintasan yang tepat dari elektron tidak dapat ditentukan. Teori saat ini menyatakan bahwa ada daerah di dalam atom di mana terdapat elektron. Daerah ini disebut dengan awan elektron